Biologi Kelas 8 | Apa Saja Penyakit dan Kelainan pada Sistem Peredaran Darah?


Biologi Kelas 8 | Apa Saja Penyakit dan Kelainan pada Sistem Peredaran Darah?
1   1.  varises

Varises adalah pembuluh darah vena yang membengkak dan tampak dekat dari permukaan kulit. Pembuluh vena membawa darah dengan rendah oksigen dari sel dan jaringan kembali ke jantung, di mana darah bisa kembali mendapatkan oksigen.
Masalah pada pembuluh vena ini dapat terjadi di bagian mana pun pada tubuh Anda. Namun, paling sering terjadi pada kaki. Kondisi ini sangat umum dihadapi banyak orang.
Kadang tidak berbahaya, namun perlu penanganan dokter ketika gejala yang ditimbulkan cukup mengganggu atau berisiko menyebabkan komplikasi.
Penyebab Varises
Varises disebabkan karena katup vena melemah dan tidak mampu menahan akumulasi darah. Penyakit ini tidak menular ataupun diturunkan namun varises biasanya terjadi dalam satu keluarga.
Awalnya, vena yang bertugas membawa darah dari jaringan tubuh ke jantung. Pembuluh darah ini memiliki katup satu arah yang membantu menjaga darah mengalir ke jantung Anda. Jika katup lemah atau rusak, darah dapat kembali dan menyatu di pembuluh darah Anda. Ini menyebabkan pembuluh darah vena membengkak, menonjol, dan terlihat di permukaan kulit.
Obat & Pengobatan
Stoking kompresi
Stoking ini memberikan tekanan yang stabil untuk membantu memindahkan darah kembali ke jantung Anda. Tekanan yang stabil juga mengurangi pembengkakan di kaki bagian bawah dan mengurangi risiko pembekuan darah. Namun, Anda masih memiliki pembuluh darah kaki yang terlihat.
Jika Anda membutuhkan stocking kompresi, dokter kulit dapat memeriksa Anda sehingga Anda mendapatkan ukuran yang tepat dan jumlah tekanan yang tepat.
Skleroterapi
Ini adalah perawatan paling umum untuk pembengkakan pembuluh vena. Skleroterapi membuat dinding vena saling menempel sehingga darah tidak bisa mengalir lagi. Ini meningkatkan sirkulasi pada area yang bermasalah dan mengurangi pembengkakan.
Saat ini, dokter kulit menggunakannya untuk mengobati spider veins dan varises kecil. Jika Anda melakukan pengobatan ini, perawatannya sebagai berikut ini:
·         Dokter kulit Anda akan menyuntikkan obat ke dalam area vena yang bengkak
·         Setelah suntikan, dokter kulit Anda dapat memijat daerah tersebut
·         Kemudian, Anda diminta untuk menggunakan stocking kompresi di kaki
Untuk mencegah kemungkinan efek samping, Anda harus berjalan kaki setiap hari dan memakai stoking kompresi sesuai petunjuk. Sebagian besar pasien memakai stoking kompresi selama 2 hingga 6 minggu. Anda dapat kembali bekerja dan sebagian besar kegiatan keesokan harinya.
Setelah melakukan pengobatan ini, biasanya spider veins akan hilang dalam 3 atau 6 minggu. Sementara varises membutuhkan waktu 3 hingga 4 bulan agar hilang. Untuk mendapatkan hasil terbaik, Anda mungkin memerlukan 2 atau 3 perawatan.
Perawatan laser
Pengobatan ini dilakukan dengan mengarahkan sinar laser pada vena yang membengkak. Sinar ini dapat mengecilkan pembuluh darah tanpa merusak kulit yang terkena. Setelah disinari, Anda harus memakai stoking kompresi dan melindungi area tersebut dari paparan sinar matahari selama 3 hingga 4 minggu. Tujuannya, supaya bintik hitam tidak terbentuk pada kulit yang terkena laser.
Baru-baru ini sedang dikembangkan terapi laser endovenous (EVLT) dan radiofrequency ablation (RFA). Keduanya bekerja dengan cara mengangkat pembuluh vena yang membengkak. EVLT biasanya direkomendasikan untuk mengobati spider veins dan varises kecil. Sementara, RFA digunakan untuk mengobati varises yang besar. Inilah tahap-tahap yang dilaku, kan selama perawatan:
·         Pemberian anestesi pada area kulit yang memiliki pembengkakan vena untuk menghilangkan rasa sakit
·         Dokter membuat sayatan kecil dan memasukkan serat laser untuk EVLT atau kateter ke pembuluh darah untuk RFA
·         Dokter akan mengaktifkan laser dan memanaskan vena agar mengecil.
Dibutuhkan sekitar 1 tahun untuk menghilangkan pembuluh vena yang membengkak dengan baik EVLT dan RFA. Untuk mendapatkan hasil terbaik, Anda mungkin memerlukan lebih dari satu kali perawatan.
2.  Anemia
Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang mengandung hemoglobin untuk menyebarkan oksigen ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara optimal.
Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu pendek maupun panjang, dengan tingkat keparahan ringan sampai berat. Pengobatan kondisi ini bervariasi tergantung pada penyebabnya. Anemia dapat diobati dengan mengonsumsi suplemen secara rutin atau prosedur pengobatan khusus.
Penyebab Anemia

Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang mengandung hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan anemia pada seseorang dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
  • Tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah.
  • Terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat dibanding kemampuan tubuh untuk memproduksi darah.
  • Kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan sel darah merah yang sehat.
Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia tidak dapat dihindari, akan tetapi anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin dan zat besi dapat dicegah dengan cara mengatur pola makan. Beberapa makanan yang dapat membantu mencegah anemia antara lain adalah:
  • Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi, kacang-kacangan, sereal yang diperkaya zat besi, sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering.
  • Makanan yang kaya akan asam folat, seperti buah-buahan, sayuran berdaun hijau gelap, kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, gandum, sereal, pasta, dan nasi.
  • Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti daging, susu, keju, sereal, dan makanan dari kedelai (tempe atau tahu).
  • Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, merica, brokoli, tomat, melon, dan stroberi. Makanan-makanan tersebut dapat membantu penyerapan zat besi.
3.  Hemofilia
Hemofilia adalah suatu  penyakit yang menyebabkan gangguan perdarahan karena kekurangan faktor pembekuan darah. Akibatnya, perdarahan berlangsung lebih lama saat tubuh mengalami luka.
Dalam keadaan normal, protein yang menjadi faktor pembeku darah membentuk jaring penahan di sekitar platelet (sel darah) sehingga dapat membekukan darah dan pada akhirnya menghentikan perdarahan. Pada penderita hemofilia, kekurangan protein yang menjadi faktor pembeku darah tersebut mengakibatkan perdarahan terjadi secara berkepanjangan.

Hemofilia merupakan penyakit bawaan yang umumnya dialami pria. Penyakit ini dapat diturunkan karena mutasi gen yang mengakibatkan perubahan dalam untaian DNA (kromosom) sehingga membuat proses dalam tubuh tidak berjalan dengan normal. Mutasi gen ini dapat berasal dari ayah, ibu, atau kedua orang tua. Terdapat banyak jenis hemofilia, namun jenis yang paling banyak terjadi adalah hemofilia A dan B. Tingkat keparahan yang dialami penderita hemofilia tergantung dari jumlah faktor pembekuan dalam darah. Semakin sedikit jumlah faktor pembekuan darah, semakin parah hemofilia yang diderita. Meski tidak ada obat yang dapat menyembuhkan hemofilia, penderitanya dapat hidup dengan normal selama penanganan gejala dilakukan dan menghindarkan diri dari semua kondisi yang memicu perdarahan.

Penyebab Hemofilia

Proses pembekuan darah membutuhkan unsur-unsur dalam darah, seperti platelet dan protein plasma darah.
Di dalam kasus hemofilia, terdapat mutasi gen yang menyebabkan tubuh kekurangan faktor pembekuan tertentu dalam darah. Penyebab hemofilia A adalah mutasi gen yang terjadi pada faktor pembekuan VIISedangkan hemofilia B disebabkan oleh mutasi yang terjadi pada faktor pembekuan IX (9) dalam darah.
Mutasi gen pada hemofilia A dan B terjadi pada kromoson X dan bisa diturunkan dari ayah, ibu, atau kedua orang tua. Sebagian besar wanita dapat menjadi pembawa gen abnormal ini dan menurunkannya pada anaknya, tanpa dirinya sendiri mengalami gejala hemofilia. Sedangkan pria dengan gen abnormal ini cenderung akan menderita penyakit hemofilia. Di sisi lain, mutasi gen ini juga dapat terjadi secara spontan pada penderita hemofilia yang tidak memiliki riwayat keluarga penderita hemofilia.

Pengobatan Hemofilia

Penanganan hemofilia dikelompokkan menjadi dua, yaitu penanganan untuk mencegah timbulnya perdarahan (profilaksis) dan penanganan pada saat terjadi perdarahan (on-demand).
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, penderita biasanya diberikan suntikan faktor pembekuan darah. Suntikan yang diberikan untuk penderita hemofilia A adalah octocog alfayang dirancang untuk mengontrol faktor pembekuan VIII (8). Pemberian suntikan ini dianjurkan tiap 48 jam. Efek samping yang mungkin timbul, di antaranya adalah gatal, ruam kulit, serta nyeri dan kemerahan pada area yang disuntik. Sementara itu, penderita hemofiilia B dengan kekurangan faktor pembekuan IX (9) akan mendapat suntikan nonacog alfa. Penyuntikan obat ini biasanya dilakukan 2 kali dalam seminggu. Efek samping yang mungkin timbul berupa mual, pembengkakan pada area yang disuntik, pusing, dan rasa tidak nyaman. Suntikan untuk mencegah perdarahan ini biasanya diberikan seumur hidup, dan perkembangan kondisi pasien yang akan terus dipantau melalui jadwal pemeriksaan rutin.
Tujuan penanganan yang kedua adalah untuk menghentikan terjadinya perdarahan secara berkepanjangan. Dalam hal ini, obat yang diberikan pada saat terjadinya perdarahan hampir sama seperti obat yang diberikan untuk mencegah perdarahan Untuk menghentikan perdarahan pada kasus hemofilia A, dokter akan memberikan suntikan octocog alfa atau desmepressin. Sedangkan untuk kasus hemofilia B, dokter akan memberikan suntikan nonacog alfa. Penderita yang mendapat suntikan ini harus melakukan pemeriksaan kadar inhibitor secara teratur, karena obat faktor pembekuan darah terkadang dapat memicu pembentukan antibodi sehingga obat menjadi kurang efektif.
Pencegahan Perdarahan pada Penderita Hemofilia
Jika Anda terdiagnosis menderita hemofilia, beberapa upaya yang dapat dilakukan guna mencegah perdarahan adalah:
  • Menjaga kebersihan gigi agar terhindar dari penyakit gigi dan gusi yang dapat menyebabkan perdarahan.
  • Menghindari olahraga yang melibatkan kontak fisik. Lakukan olahraga yang direkomendasikan oleh dokter guna menguatkan otot dan sendi.
  • Melindungi diri dari luka, misalnya dengan menggunakan helm atau sabuk pengaman ketika berkendara.
  • Menghindari penggunaan obat pengencer darah yang dapat menghambat pembekuan darah.
  • Menghindari obat nyeri yang berpotensi meningkatkan perdarahan.
4.  Hipotensi

Darah rendah atau hipotensi adalah kondisi ketika tekanan darah berada di bawah 90/60 mmHg. Hipotensi umumnya tidak berbahaya dan dapat dialami oleh siapa saja. Namun pada beberapa orang, hipotensi dapat menyebabkan pusing dan lemas.
Tekanan darah normal berkisar antara 90/60 mmHg dan 120/80 mmHg. Ketika tekanan darah berada di bawah rentang tersebut, maka seseorang dapat dikatakan menderita hipotensi. Meskipun umumnya tidak berbahaya, hipotensi dapat menjadi gejala dari suatu penyakit yang sedang diderita.
Penyebab Hipotensi
Tekanan darah dapat berubah sepanjang waktu, tergantung kondisi dan aktivitas yang dilakukan tiap orang. Kondisi ini merupakan hal yang normal, karena tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pertambahan usia dan keturunan.
Pengobatan Hipotensi
Jika Anda mengalami hipotensi yang disertai gejala, tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah duduk atau berbaring. Posisikan kaki lebih tinggi dari jantung dan pertahankan posisi tersebut selama beberapa saat. Jika gejala tidak juga mereda, maka perlu dilakukan penanganan oleh dokter.
Pengobatan hipotensi ditentukan berdasarkan penyebab yang mendasarinya. Tujuan pengobatan adalah untuk meningkatkan tekanan darah, meredakan gejala yang muncul, dan mengobati kondisi yang menyebabkan hipotensi.
Penanganan hipotensi yang utama adalah perubahan pola makan dan gaya hidup, seperti:
  • Memperbanyak konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi, karena garam dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Memperbanyak konsumsi cairan, karena cairan dapat meningkatkan volume darah dan membantu mencegah dehidrasi.
  • Berolahraga secara teratur untuk meningkatkan tekanan darah.
  • Menggunakan stoking khusus pada tungkai (stoking kompresi) untuk memperlancar aliran darah.
Jika hipotensi disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu, dokter akan mengurangi dosisnya, atau mengganti jenis obat bila perlu.
Hipotensi yang disertai gejala syok merupakan kondisi yang membutuhkan penanganan darurat. Dokter akan memberikan cairan infus, obat, hingga transfusi darah untuk meningkatkan tekanan darah, sehingga mencegah kerusakan fungsi organ.
Setelah menstabilkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernapasan pasien, dokter akan memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebabnya. Misalnya, memberikan obat antibiotik untuk mengatasi infeksi yang sudah masuk ke dalam darah.
Pencegahan Hipotensi
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi gejala hipotensi, yaitu:
  • Menghindari konsumsi minuman berkafein pada malam hari dan membatasi konsumsi alkohol.
  • Makan dalam porsi kecil namun sering, dan tidak langsung berdiri setelah makan.
  • Memposisikan kepala lebih tinggi ketika tidur (sekitar 15 cm).
  • Berdiri secara perlahan dari posisi duduk atau berbaring.
  • Menghindari terlalu lama berdiri atau duduk, dan menghindari duduk bersila.
  • Tidak membungkuk atau mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba.
  • Menghindari mengangkat beban berat.
5.  Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung. Penyebab dan Faktor Risiko Hipertensi
Tekanan darah tinggi seringkali tidak diketahui penyebabnya. Tetapi, ada beberapa kondisi yang dapat memicu tekanan darah tinggi, di antaranya:
  • Kehamilan
  • Kecanduan alkohol
  • Penyalahgunaan NAPZA
  • Gangguan ginjal
  • Gangguan pernapasan saat tidur.
Meskipun bisa terjadi pada semua orang, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami tekanan darah tinggi, seperti:
  • Lanjut usia
  • Memiliki keluarga yang menderita hipertensi
  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Jarang berolahraga.
Pengobatan dan Pencegahan Hipertensi
Menjalani gaya hidup sehat dapat menurunkan sekaligus mencegah hipertensi. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:
  • Konsumsi makanan yang sehat.
  • Menjaga berat badan ideal.
  • Rutin berolahraga.
  • Berhenti merokok.
Beberapa pasien hipertensi diharuskan mengonsumsi obat penurun tekanan darah seumur hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan langkah pencegahan sedini mungkin, terutama bila Anda memiliki faktor risiko hipertensi.
6.  Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati.
Ketika sebagian area otak mati, bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik. Stroke adalah keadaan darurat medis karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Penanganan yang cepat dapat meminimalkan kerusakan otak dan kemungkinan munculnya komplikasi. Menurut riset kesehatan dasar yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2013, di Indonesia terdapat lebih dari 2 juta penduduk, atau 12 dari 1000 penduduk, menderita stroke dengan persentase terbesar berasal dari provinsi Sulawesi Selatan.
Selain itu, stroke juga merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia, lebih dari 15% kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke. Stroke iskemik memiliki kejadian yang lebih sering dibandingkan dengan stroke hemoragik, namun stroke hemoragik membunuh lebih sering dibandingkan dengan stroke iskemik.
Hipertensi yang diikuti dengan diabetes dan kolesterol tinggi merupakan kondisi yang paling sering meningkatkan risiko terjadinya stroke di Indonesia.
Gejala dan Penyebab Stroke
Gejala stroke dapat berbeda pada tiap penderitanya, tetapi gejala yang paling sering dijumpai adalah:
·         Tungkai mati rasa
·         Bicara menjadi kacau
·         Wajah terlihat menurun
Penyebab stroke sangat bervariasi, mulai dari gumpalan darah pada pembuluh darah di otak, tekanan darah tinggi, hingga pengaruh obat-obatan pengencer darah.
Stroke sangat berisiko dialami penderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, berat badan berlebih, dan diabetes. Risiko yang sama juga dapat terjadi pada orang yang kurang olahraga, serta memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok.
Pengobatan dan Pencegahan Stroke
Pengobatan stroke tergantung kepada kondisi yang dialami pasien. Dokter dapat memberikan obat-obatan atau melakukan operasi. Sedangkan untuk memulihkan kondisi, pasien akan dianjurkan menjalani fisioterapi, dan diikuti terapi psikologis apabila diperlukan.
Untuk mencegah stroke, dokter menyarankan untuk:
  • Menerapkan pola makan yang sehat.
  • Berolahraga secara rutin.
  • Hindari merokok dan mengonsumsi minuman keras.
7.  Kanker Darah


Kanker darah atau leukemia adalah kanker yang menyerang sel-sel darah putih. Sel darah putih merupakan sel darah yang berfungsi melindungi tubuh terhadap benda asing atau penyakit. Sel darah putih ini dihasilkan oleh sumsum tulang belakang.
Pada kondisi normal, sel-sel darah putih akan berkembang secara teratur di saat tubuh membutuhkannya untuk memberantas infeksi yang muncul. Namun lain halnya dengan pengidap kanker darah. Sumsum tulang akan memproduksi sel-sel darah putih yang abnormal, tidak dapat berfungsi dengan baik, dan secara berlebihan. Jumlahnya yang berlebihan akan mengakibatkan penumpukan dalam sumsum tulang sehingga sel-sel darah yang sehat akan berkurang.
Selain menumpuk, sel abnormal tersebut juga dapat menyebar ke organ lain, seperti hati, limfa, paru-paru, ginjal, bahkan hingga ke otak dan tulang belakang.

Penyebab dan Faktor Risiko Kanker Darah

Penyebab dasar kanker darah belum diketahui secara pasti. Namun, diduga mutasi DNA dalam sel darah putih menyebebakan perubahan tindakan setiap sel, Selain itu, perubahan lain dalam sel darah putih  akibat faktor gen dan lingkungan juga diperkirakan turut berperan memicu leukemia.
Pengobatan Kanker Darah
Setelah diagnosis kanker darah positif, dokter akan mendiskusikan langkah pengobatan yang tepat. Jenis penanganan yang akan Anda jalani tergantung kepada usia, kondisi kesehatan Anda, dan jenis atau stadium kanker darah yang Anda idap. 
Berikut ini adalah metode pengobatan yang umumnya dianjurkan untuk menangani kanker darah, antara lain:
  • Kemoterapi merupakan pilihan terapi paling umum untuk kasus leukimia. Pengobatan kemoterapi menggunakan bahan-bahan kimia untuk membunuh sel-sel kanker darah.
  • Radioterapi. Teknik pengobatan ini menggunakan sinar X untuk menghancurkan dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Radioterapi dapat dilakukan hanya pada area tertentu yang terserang kanker, ataupun pada seluruh tubuh, bergantung dari kondisi Anda. Radioterapi juga dapat dilakukan untuk persiapan melakukan transplantasi sel induk.
  • Transplantasi sel induk atau stem cell untuk mengganti sumsum tulang yang sudah rusak dengan yang sehat. Sel-sel induk yang digunakan bisa berasal dari tubuh Anda sendiri atau tubuh orang lain sebagai pendonor. Kemoterapi atau radioterapi biasanya akan dilakukan sebagai langkah persiapan sebelum menjalani prosedur transplantasi ini.
  • Terapi terfokus untuk menyerang bagian-bagian rentan dalam sel-sel kanker.
  • Terapi biologis untuk membantu sistem kekebalan tubuh mengenali dan menyerang sel-sel kanker.
  • Penantian dengan pengawasan. Ini ditujukan bagi penderita leukemia limfatik kronis. Dalam terapi ini, pengamatan secara seksama dilakukan guna melihat perkembangan penyakit. Terapi ini juga dapat dilakukan jika seseorang sudah terbukti mengidap leukemia limfatik kronis, namun tidak mengalami gejala yang menunjukkan penyakit tersebut.
8.  Thalasemia
Thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan dari orang tua. Kelainan inimembuat penderitanya mengalami anemia atau kurang darah.
Kurang darah yang dialami penderita thalasemia akan menimbulkan keluhan cepat lelah, mudah mengantuk, hingga sesak napas. Akibatnya, aktivitas penderita thalasemia akan terganggu.
Thalasemia perlu diwaspadai, terutama thalasemia yang berat (mayor), karena dapat menyebabkan komplikasi berupa gagal jantung, pertumbuhan terhambat, gangguan hati, hingga kematian.
Penyebab Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh kelainan genetik yang memengaruhi produksi sel darah merah. Kelainan genetik ini diturunkan dari orang tua, dan tetap dapat diturunkan walaupun orang tua tidak mengalami gejala.
Pengobatan Thalasemia
Thalasemia merupakan kelainan genetik yang berkepanjangan, sehingga perawatannya perlu dilakukan seumur hidup. Penderita thalasemia akan melalui transfusi darah berulang untuk menambah sel darah yang kurang. Pada kasus thalasemia yang parah, dokter mungkin akan menganjurkan penderita untuk melakukan transplantasi sumsum tulang.
Tetapi tidak semua penderita thalasemia membutuhkan transfusi darah. Penderita thalasemia minor hanya memerlukan pemeriksaan rutin dan transfusi darah pada kondisi tertentu, misalnya setelah melahirkan atau operasi.
9.  Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penyempitan dan penebalan arteri karena penumpukan plak pada dinding arteri. Penumpukan plak tersebut terjadi saat lapisan sel pada dinding dalam arteri (endothelium) yang bertugas menjaga kelancaran aliran darah mengalami kerusakan.
Plak yang menyebabkan aterosklerosis terdiri dari kolesterol, zat lemak, kalsium, dan fibrin (zat dalam darah).  Plak dapat terbawa aliran darah hingga menyebabkan penyumbatan, atau membentuk bekuan darah pada permukaan plak. Hal tersebut menyebabkan peredaran darah dan oksigen dari arteri ke organ tubuh terhambat.
Meski digolongkan sebagai gangguan jantung, aterosklerosis sebenarnya dapat terjadi pada arteri di bagian tubuh mana pun, seperti otak, ginjal, atau kaki, serta dapat memicu masalah kesehatan di bagian-bagian tersebut.
Terjadinya aterosklerosis bisa berawal sejak masa anak-anak dan berkembang terus secara perlahan. Gejala membahayakan baru muncul ketika usia penderita mencapai 50 atau 60 tahun. Kendati demikian, penyakit ini dapat dihindari dan diatasi dengan perubahan gaya hidup,
Penyebab Aterosklerosis
Penyebab pasti aterosklerosis belum diketahui, namun penyakit ini dimulai saat terjadi kerusakan atau cedera pada lapisan dalam arteri (endothelium). Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh:
  • Kadar kolesterol, trigliserida, serta tekanan darah yang tinggi.
  • Diabetes atau resisten terhadap insulin.
  • Penyakit yang menyebabkan peradangan, seperti artritis, infeksi, atau lupus.
  • Kebiasaan merokok.
  • Obesitas.
Selain penyebab di atas, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat aterosklerosis juga diduga berisiko tinggi untuk menderita penyakit yang sama.
Pengobatan Aterosklerosis
Penangan aterosklerosis dapat dilakukan melalui tiga hal, yaitu perubahan gaya hidup, obat-obatan, serta prosedur operasi.
Perubahan gaya hidup sehari-hari merupakan hal utama yang perlu dilakukan. Penderita dianjurkan untuk lebih sering berolahraga guna meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah, serta mengurangi konsumsi makanan dengan kadar lemak dan kolesterol yang tinggi.
Selain perubahan gaya hidup, pemberian obat-obatan juga penting untuk mencegah arterosklerosis bertambah buruk. Di antaranya adalah:
  • Obat untuk pencegah pembekuan darah yang menghambat arteri. Obat yang mungkin diberikan adalah antiplatelet dan antikoagulan, seperti aspirin.
  • Obat penurun tekanan darah. Obat yang mungkin diberikan adalah penghambat beta (beta blockers), penghambat kanal kalsium (calcium channel blockers), dan diuretik guna meningkatkan laju urin
  • Obat penurun kadar kolesterol jahat (LDL), seperti misalnya statin dan asam fibrat.
  • Obat penghambat enzim angiostensin (ACE inhibitors). Obat ini dapat meredakan perkembangan aterosklerosis dengan menurunkan tekanan darah dan mencegah penyempitan arteri.
  • Obat-obatan lain untuk mengendalikan kondisi medis yang menyebabkan terjadinya aterosklerosis, misalnya obat diabetes.
Pada kasus aterosklerosis parah, prosedur operasi perlu dilaksanakan. Di antaranya adalah:
  • Operasi bypass, untuk mengatasi penyumbatan atau penyempitan arteri. Operasi ini dilakukan dengan cara memintas pembuluh darah yang tersumbat  dengan menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh lain atau selang berbahan sintetis agar darah tetap mengalir.
  • Terapi fibrinolitik untuk mengatasi penyumbatan arteri akibat pembekuan darah.
  • Pemasangan tabung (stent) dan angioplasty. Tujuan prosedur ini sama dengan operasi bypass, yaitu untuk mengatasi penyempitan atau penyumbatan arteri. Dalam prosedur ini, dokter akan memasang dua buah kateter dan tabung kecil agar arteri tetap terbuka.
  • Endarterektomi untuk membuang simpanan lemak pada dinding arteri yang menyempit.
  • Arterektomi untuk membuang plak dan arteri.
10.             Angina Pektoris
Angina pektroris (angina) adalah rasa nyeri pada dada yang terjadi saat aliran darah dan oksigen menuju otot jantung tersendat atau terganggu, khususnya saat arteri jantung mengeras atau menyempit. Angina umumnya terjadi pada orang dewasa berusia antara 55 hingga 64 tahun, dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki.
Terdapat dua jenis angina yang dapat menyerang, yaitu angina stabil dan angina tidak stabil. Angina stabil disebabkan oleh pemicu tertentu seperti olahraga berat, stres, masalah pencernaan, atau kondisi medis lain yang mendorong jantung bekerja lebih keras. Cuaca dingin juga bisa menjadi salah satu pemicu gejala angina terjadi. Nyeri dada biasanya akan membaik dalam jangka waktu 5 menit setelah beristirahat atau mengonsumsi obat. Walaupun tidak berbahaya, angina stabil berpotensi mengakibatkan serangan jantung atau stroke jika tidak ditangani dengan tepat.
Sedangkan, angina tidak stabil merupakan nyeri dada yang dirasakan tanpa penyebab awal yang jelas dan biasanya tidak kunjung membaik setelah beristirahat atau mengonsumsi obat. Rasa nyeri yang dialami lebih lama dibanding angina stabil, yaitu sekitar 30 menit. Ini merupakan kondisi darurat dan membutuhkan penanganan medis segera.
Dalam kondisi tertentu, penderita juga dapat mengalami angina varian, atau angina Prinzmetal, yaitu nyeri hebat yang terjadi saat seseorang sedang beristirahat. Hal ini dipicu oleh kejang urat atau penyempitan arteri sementara, dan dapat mereda dengan obat-obatan.

Penyebab Angina Pektoris

Jantung adalah organ utama dalam tubuh, di mana peredaran darah dan oksigen harus selalu lancar agar organ tubuh lainnya dapat bekerja dengan baik. Darah dialirkan menuju jantung melalui dua pembuluh darah besar yang dinamakan arteri koroner. Dalam jangka waktu tertentu, arteri berisiko diendapi plak seperti lemak, kolesterol, kalsium dan zat lainnya yang mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tersumbat (aterosklerosis). Kondisi ini mengakibatkan otot jantung bekerja lebih, khususnya pada saat melakukan aktivitas berat, yang pada akhirnya berpotensi mengakibatkan gejala angina pektoris, atau yang lebih parah adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Risiko seseorang mengalami angina pektoris meningkat saat memasuki usia tua, memiliki keturunan kelainan jantung atau gejala angina, dan kondisi medis lainnya seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes. Selain itu, gaya hidup juga menjadi faktor yang dapat meningkatkan risiko, seperti merokok, mengonsumsi alkohol berlebih, mengonsumsi makanan berlemak, kurang berolahraga, obesitas, dan stres.
Pengobatan Angina Pektoris
Angina pektoris dapat ditangani dengan:
  • Perubahan gaya hidup. Penderita umumnya disarankan untuk berhenti merokok atau menjauhi asap rokok, mengonsumsi makanan bergizi dan rendah lemak dalam porsi kecil, melakukan olahraga sesuai petunjuk dokter, dan menjaga kadar glukosa bagi penderita diabates. Perubahan gaya hidup disarankan bukan hanya pada saat pengobatan, tetapi untuk jangka panjang agar serangan angina pektoris berkurang atau berhenti sepenuhnya.
  • Obat-obatan. Saat angina menyerang, obat glyceryl trinitrate bisa dikonsumsi untuk meredakan gejala dalam waktu singkat. Glyceryl trinitrate termasuk dalam golongan nitrat yang berfungsi untuk menenangkan dan melebarkan pembuluh darah agar memudahkan darah mengalir menuju jantung. Efek samping seperti pusing dan kulit kemerahan mungkin akan terjadi. Hindari mengonsumsi alkohol, mengoperasikan alat berat, atau menyetir saat dalam pengobatan ini. Glyceryl trinitrate dapat dikonsumsi dalam dua dosis, saat angina menyerang dan saat gejala tidak mereda dalam jangka waktu 5 menit. Jika gejala masih dirasakan, kunjungi rumah sakit terdekat agar cepat ditangani. Glyceryl trinitrate juga dapat digunakan sebagai pencegah sesaat sebelum berolahraga atau melakukan aktivitas berat lainnya. Pastikan Anda menanyakan dokter sebelum mengonsumsi obat ini. Jika angina sering terjadi, dokter mungkin akan meresepkan salah satu atau beberapa obat berikut ini:
    • Aspirintermasuk golongan obat antiplatelet (pengencer darah) yang berfungsi untuk meredakan atau menghindari penggumpalan darah, dan menekan risiko serangan jantung. Efek samping yang mungkin dialami adalah iritasi pada perut, mual dan masalah pencernaan. Hindari pemberian obat ini pada anak-anak atau remaja berusia 16 tahun ke bawah sebelum berkonsultasi dengan dokter.
    • Obat penghambat beta (beta blocker), membantu menurunkan tekanan darah dengan menghambat efek hormon epinephrine atau adrenalin yang dapat meningkatkan denyut jantung secara berlebihan. Obat ini juga membantu melebarkan pembuluh darah dan melancarkan aliran darah. Efek samping yang mungkin dialami adalah mudah lelah, diare, mual, dan keringat dingin.
    • Obat anti pembekuan darah, digunakan untuk menghambat pembekuan darah dengan cara mencegah sel platelet darah menempel. Efek samping yang mungkin dialami adalah pusing hebat, pendarahan, rambut rontok, dan memar pada kulit.
    • Obat penghambat kanal kalsium (calcium channer blockers). Obat ini berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dengan merelaksasi otot dinding arteri. Efek samping yang mungkin dialami adalah wajah kemerahan, pusing, dan mudah lelah.
    • Statin, digunakan untuk menghambat enzim pembuat kolesterol dalam hati dan menekan risiko terjadinya serangan jantung atau stroke. Obat ini juga membantu tubuh meresap kolesterol yang terakumulasi sebagai plak yang menempel di dinding arteri, dan memberikan efek positif lainnya. Efek samping yang mungkin dialami adalah konstipasi, diare, dan nyeri perut.
    • Obat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors), bekerja dengan menghambat hormon angiotensin II sebagai pemicu penyempitan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah dalam tubuh. Obat ini dapat mengurangi pasokan darah ke ginjal, karena itu sangat disarankan untuk memeriksa kondisi ginjal melalui tes darah dan urine sebelum dan saat mengonsumsi obat ini. Efek samping yang mungkin dialami adalah pusing, mudah lelah, dan batuk kering yang umumnya hanya bersifat sementara.
    • Ivabradine. Obat ini menurunkan kecepatan denyut jantung seperti obat penghambat beta, tetapi memiliki tingkat keamanan lebih bagi penderita infeksi paru, atau penyakit lainnya yang tidak diperbolehkan mengonsumsi obat penghambat beta. Efek samping yang mungkin dialami adalah penglihatan buram atau silau untuk beberapa saat. Penderita disarankan untuk tidak mengemudi setelah mengonsumsi obat ini.
    • Ranolazine, digunakan untuk melemaskan otot jantung dan meningkatkan aliran darah. Obat ini umumnya diresepkan bagi penderita gagal jantung dan aritmia karena tidak mempengaruhi kecepatan denyut jantung. Efek samping yang mungkin dialami adalah pusing, mudah lemas, dan konstipasi.
    • Nicorandril. Obat ini mengandung penggerak kanal kalium yang berfungsi melebarkan pembuluh arteri dan melancarkan peredaran darah menuju jantung. Nicorandil umumnya digunakan sebagai pengganti obat penghambat kanal kalsium bagi penderita dengan kondisi medis tertentu. Efek samping yang mungkin dialami adalah mual dan pusing.
  • Operasi. Jika gelaja angina pektoris tidak mereda dengan pengobatan, tindakan operasi dapat disarankan. Terdapat dua jenis tindakan operasi untuk kasus angina pektoris, di antaranya:
    • Coronary artery bypass graft (CABG). Tindakan bedah yang dilakukan dengan menciptakan aliran baru pada titik penyempitan atau penyumbatan arteri melalui pencangkokan pembuluh darah dari anggota tubuh lainnya. Tindakan ini biasanya disarankan bagi penderita angina dengan penyakit diabetes, berusia di atas 65 tahun, dan memiliki lebih dari 3 penyumbatan pada arteri.
    • Percutaneous coronary intervention (PCI). Tindakan bedah yang disebut juga dengan angioplasti koroner ini dilakukan dengan memasukkan balon kecil pada bagian luar arteri yang mengalami penyempitan, dan ditahan menggunakan cincin besi (sten) agar aliran darah kembali lancar. Tindakan ini tidak direkomendasikan bagi penderita dengan kelainan struktur pembuluh darah.
  • Terapi dan tindakan medis lainnya. Jika pengobatan dan tindakan operasi tidak dapat dilakukan atau tidak membantu banyak, saran untuk melakukan terapi perilaku kognitif atau cognitive behaviour therapy (CBT) dapat menjadi pilihan. Terapi ini dilakukan dengan mengubah pola pikir penderita dengan respons positif dengan tujuan mengurangi gejala-gejala yang berkaitan dengan stres pikiran dan memudahkan proses penyembuhan. Terapi ini juga dapat dilakukan jika penderita mengalami depresi atau kegelisahan dikarenakan gejala angina pektoris yang berulang kali menyerang. Terkadang, terapi akupuntur menjadi pilihan alternatif terapi. Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukannya, guna menghindari efek samping yang dapat membahayakan.
Komplikasi Angina Pektoris
Komplikasi paling berbahaya yang mungkin terjadi pada angina adalah serangan jantung. Kondisi ini membutuhkan penanganan segera di rumah sakit. Gejala yang yang dapat muncul pada serangan jantung, meliputi:
  • Nyeri dada seperti ditekan untuk waktu yang lama dan berulang-ulang.
  • Nyeri menyebar ke anggota tubuh lainnya seperti punggung, bahu, lengan, rahang, gigi, dan perut.
  • Nyeri perut berkepanjangan.
  • Merasa gelisah.
  • Mengalami serangan panik.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Napas pendek.
  • Keringat dingin.
  • Pingsan.
  • Mengalami kesulitan berbicara dan bergerak.
Pencegahan Angina Pektoris
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan perubahan gaya hidup, seperti:
  • Berhenti merokok.
  • Mengurangi konsumsi alkohol.
  • Mengonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat, seperti nasi merah, roti, pasta, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
  • Mengurangi makanan tinggi lemak jenuh dan tidak jenuh seperti sosis, daging berlemak, pai daging, mentega, keju, lemak babi, ikan goreng, alpukat, kue, biskuit, serta makanan-makanan yang mengandung minyak kelapa murni, kelapa sawit, atau minyak zaitun.
  • Mengurangi konsumsi garam.
  • Menjaga berat badan.
  • Melakukan olahraga ringan seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda secara rutin atau sesuai saran dokter. Hindari olahraga yang menguras tenaga, seperti tenis atau sepak bola.
  • Memonitor kadar glukosa, kolesterol, dan tekanan darah secara rutin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PPKN | Bab 3 Kelas 8 : Memaknai Peraturan Perundang-Undangan

Bahasa Indonesia | Puisi Berjurjudul "SAHABAT" (Beserta Sinopsis).