Biologi Kelas 8 | Apa Saja Penyakit dan Kelainan pada Sistem Pernapasan manusia.
Biologi Kelas 8 | Apa Saja Penyakit dan Kelainan pada Sistem Pernapasan
manusia
15 Penyakit
pada Sistem Pernapasan Manusia.
1.
Faringitis
Faringitis
adalah inflamasi atau peradangan pada faring, yakni salah satu organ di dalam
tenggorokan yang menghubungkan rongga belakang hidung dengan
bagian belakang mulut. Dalam kondisi ini, tenggorokan akan terasa gatal
dan sulit menelan.
Sebagian besar
kasus faringitis disebabkan oleh virus, dan beberapa kasus lainnya disebabkan
oleh bakteri, seperti bakteri grup A streptococcus.
Faringitis karena virus atau bakteri ini dapat menular pada orang lain.
Penyebaran tersebut bisa terjadi melalui udara (misalnya menghirup butiran
air ludah atau sekresi hidung yang dikeluarkan oleh penderita) atau melalui
benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh virus dan bakteri. Faringitis karena
virus lebih rentan menular jika seseorang bersama penderita faringitis dalam
satu ruangan dengan ventilasi yang buruk. Sedangkan faringitis karena
bakteri dapat menyebar dengan cepat di lingkungan tempat tinggal atau
tempat kerja pada musim pancaroba.
Penyakit
faringistis umumnya dapat pulih dalam waktu 3 hingga 7 hari. Penanganan dapat
dilakukan melalui pengobatan mandiri di rumah atau pemberian obat dari dokter.
Penyebab Faringitis
Faringitis atau radang tenggorokan dapat disebabkan
oleh beberapa hal. Dua di antaranya adalah virus dan bakteri. Beberapa jenis
virus yang memicu faringtis adalah virus gondongan (mumps), virus
Epstein-Barr (monocleosis), virus parainfluenza, serta virus
herpangina. Sedangkan jenis bakteri yang dapat menyebabkan faringitis adalah
bakteri grup A beta-hemolytic streptococcus. Bakteri ini biasanya
memicu sakit tenggorokan (strep throat). Bakteri lainnya
adalah bakteri penyebab infeksi menular seksual, seperti gonore dan
klamidia.
Selain itu, ada sejumlah faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk menderita faringitis, di antaranya adalah:
- Sering menderita flu atau
pilek.
- Sering mengalami infeksi
sinus.
- Menderita alergi.
Sering terpapar asap rokok dalam
tempat tertutup (perokok pasif).
Pengobatan
Faringitis
Pengobatan faringitis dilakukan berdasarkan
penyebabnya. Jika kondisi ini disebabkan oleh virus, maka penanganan mandiri
dapat dilakukan di rumah guna memulihkan kondisi hingga sistem imunitas tubuh
menaklukan infeksi tersebut. Misalnya dengan:
- Mengonsumsi obat pereda
nyeri yang dijual secara bebas, misalnya paracetamol dan ibuprofen, untuk meredakan sakit
tenggorokan.
- Banyak beristirahat.
- Minum banyak cairan agar
tidak mengalami dehidrasi.
- Menggunakan pelembab udara
di dalam ruangan.
- Mengonsumsi kaldu hangat
atau minuman dingin.
- Berkumur dengan air garam
yang hangat.
- Mengonsumsi permen pelega
tenggorokan (throat lozenges) untuk meredakan nyeri
tenggorokan.
Jika penyebab faringitis adalah infeksi bakteri,
dokter akan meresepkan obat antibiotik seperti penicillin, amoxicillin, erythromycin, atau azithromycin, yang bisa
memusnahkan bakteri. Durasi penggunaan antibiotik yang disarankan dalam kasus
ini biasanya adalah 10 hari. Pasien perlu menghabiskan obat antibiotik
agar infeksi tidak berulang dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
parah.
Faringitis umumnya dapat pulih dalam waktu 3 hingga
7 hari. Meskipun begitu waspadalah apabila gejala tidak menunjukkan tanda-tanda
pulih dalam waktu seminggu, terjadi demam yang mencapai suhu lebih dari 38
derajat Celsius selama beberapa hari dan tidak mereda meskipun sudah
mengonsumsi obat, sakit tenggorokan tidak kunjung sembuh meski sudah
mengonsumsi obat pereda nyeri, penderita memiliki sistem kekebalan tubuh lemah
akibat penyakit atau penggunaan obat, sulit menelan hingga tidak bisa makan
atau minum, sulit bernapas melalui mulut, mengeluarkan suara yang mengganggu
ketika bernapas, atau mengeluarkan air liur secara terus menerus. Konsultasi
kepada dokter sangat dibutuhkan karena dikhawatirkan itu merupakan
gejala-gejala dari kondisi lainnya yang lebih parah.
Pencegahan
Faringitis
Beberapa upaya yang dapat kita dilakukan untuk
mencegah faringitis adalah:
- Sering mencuci tangan,
terutama sebelum makan atau setelah batuk dan bersin.
- Menggunakan pembersih
berbahan alkohol jika air dan sabun tidak ada.
- Tidak berbagi pakai
peralatan makan, minum atau mandi dengan penderita faringitis.
- Mengindari kontak dengan
penderita faringitis.
- Menghindari paparan asap
rokok dengan tidak merokok dan menghindari orang yang sedang.
2.
Asma
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada
saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran
napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas,
penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk,
dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua.
Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas, namun
ada beberapa hal yang kerap memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang,
aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.
Bagi seseorang
yang memiliki penyakit asma, saluran pernapasannya lebih sensitif dibandingkan
orang lain yang tidak hidup dengan kondisi ini. Ketika paru-paru teriritasi
pemicu di atas, maka otot-otot saluran pernapasan penderita asma akan menjadi
kaku dan membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, akan terjadi
peningkatan produksi dahak yang menjadikan bernapas makin sulit dilakukan.
Pengobatan asma
Ada dua tujuan dalam pengobatan penyakit asma,
yaitu meredakan gejala dan mencegah gejala kambuh. Untuk mendukung tujuan
tersebut, diperlukan rencana pengobatan dari dokter yang disesuaikan dengan
kondisi pasien. Rencana pengobatan meliputi cara mengenali dan menangani gejala
yang memburuk, serta obat-obatan apa yang harus digunakan.
Penting bagi pasien untuk mengenali hal-hal yang
dapat memicu asma mereka agar dapat menghindarinya. Jika gejala asma muncul,
obat yang umum direkomendasikan adalah inhaler pereda.
Bilamana terjadi serangan asma dengan gejala yang
terus memburuk (secara perlahan-lahan atau cepat) meskipun sudah ditangani
dengan inhaler atau obat-obatan lainnya, maka penderita harus segera
mendapatkan penanganan di rumah sakit. Meski jarang terjadi, serangan asma bisa
saja membahayakan nyawa. Bagi penderita asma kronis, peradangan pada saluran
napas yang sudah berlangsung lama dan berulang-ulang bisa menyebabkan
penyempitan permanen.
Mengendalikan penyakit asma
Jika Anda kebetulan mengidap asma atau hidup dengan
asma sejak lama, jangan cemas dengan kondisi ini karena asma merupakan penyakit
yang masih dapat dikendalikan asalkan Anda:
- Mengenali dan menghindari
pemicu asma.
- Mengikuti rencana penanganan
asma yang dibuat bersama dokter.
- Mengenali serangan asma dan
melakukan langkah pengobatan yang tepat.
- Menggunakan obat-obatan asma
yang disarankan oleh dokter secara teratur.
- Memonitor kondisi saluran
napas Anda.
Jika penggunaan inhaler pereda
asma reaksi cepat makin meningkat, segera konsultasikan kepada dokter agar
rencana penanganan asma Anda disesuaikan kembali. Selain itu, disarankan untuk
melakukan vaksinasi influenza dan pneumonia secara
teratur untuk mencegah memburuknya penyakit asma yang disebabkan kedua penyakit
tersebut.
3.
Flu
Flu
atau influenza adalah infeksi virus yang menyerang hidung, tenggorokan,
dan paru-paru. Penderita flu akan
mengalami demam, sakit kepala, pilek, hidung tersumbat, serta batuk.
Banyak orang
mengira flu sama dengan batuk pilek biasa (common cold). Walaupun gejalanya mirip, kedua kondisi
ini disebabkan oleh jenis virus yang berbeda. Gejala flu lebih parah dan
menyerang secara mendadak, sedangkan gejala batuk pilek biasa cenderung ringan
dan muncul secara bertahap.
Flu merupakan
penyakit yang mudah menular ke orang lain, terutama pada 3-4 hari pertama
setelah penderita terinfeksi. Bahkan pada beberapa kasus, penderita flu dapat
menularkan penyakitnya sebelum gejala muncul.
Penyebab
Flu
Seseorang dapat
tertular flu jika tidak sengaja menghirup percikan air liur di udara, yang
dikeluarkan penderita ketika bersin atau batuk. Selain itu, menyentuh mulut
atau hidung setelah memegang benda yang terkena percikan air liur penderita,
juga bisa menjadi sarana penularan virus flu.
Pengobatan dan Pencegahan Flu
Flu ringan dapat diatasi dengan banyak beristirahat
dan minum banyak cairan. Namun bila gejalanya berat, sebaiknya Anda segera
memeriksakan diri ke dokter agar dapat diberikan obat untuk mempercepat
kesembuhan dan mencegah komplikasi.
Cara mencegah flu yang paling efektif adalah
menjalani vaksinasi influenza. Selain itu, Anda juga
diajurkan untuk rajin cuci tangan serta menghindari berdekatan
dengan penderita flu.
4.
Emfisema
Emfisema adalah
penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara atau alveolus pada paru-paru.
Seiring waktu, kerusakan kantong udara semakin parah sehingga membentuk satu
kantong besar dari beberapa kantong kecil yang pecah. Akibatnya, luas area
permukaan paru-paru menjadi berkurang yang menyebabkan kadar oksigen yang
mencapai aliran darah menurun. Kondisi ini juga membuat paru-paru membesar
secara perlahan akibat udara yang terperangkap di dalam kantong dan sulit
dikeluarkan.
Emfisema
merupakan salah satu dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK ).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013, 4 dari
100 orang di Indonesia menderita PPOK. Penanganan emfisema ditujukan
untuk menghambat perkembangan penyakit tersebut, namun kerusakan pada
paru-paru tidak dapat dipulihkan kembali.
Penyebab Emfisema
Penyebab utama terjadinya emfisema adalah paparan
zat di udara yang mengiritasi paru-paru dalam jangka waktu panjang. Zat yang
mengakibatkan iritasi tersebut dapat berupa:
- Asap rokok. Emfisema banyak
dialami perokok, baik aktif maupun pasif, yang
terpapar asap rokok dalam waktu lama.
- Polusi udara.
- Asap atau debu bahan kimia.
Selain paparan zat yang mengakibatkan iritasi,
emfisema juga dapat terjadi karena kelainan genetik. Contohnya adalah
defisiensi alpha-1-antitrypsin, di mana terjadi
kekurangan suatu protein yang berfungsi melindungi
struktur elastis pada paru-paru dalam tubuh. Namun demikian, kondisi ini jarang
terjadi.
Pengobatan Emfisema
Sebelum menjalani pengobatan, dokter akan
menyarankan semua penderita emfisema yang merokok untuk menghentikan
kebiasaan buruk tersebut.
Penyakit emfisema tidak dapat disembuhkan.
Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk meringankan gejala yang dirasakan
penderita, serta memperlambat perkembangan penyakit. Pilihan penanganan
emfisema dapat berupa:
- Obat-obatan. Dokter paru dapat memberikan obat
pelega napas, seperti terbutaline, untuk meredakan gejala. Di
samping itu, obat kortikosteroid dalam bentuk obat hirup juga bisa
digunakan untuk mengurangi peradangan dan meredakan gejala. Untuk
penderita emfisema yang mengalami infeksi bakteri, dokter akan menyertakan
antibiotik.
- Terapi pendukung. Contohnya adalah
fisioterapi dada atau yang juga dinamakan program rehabilitasi paru, pemberian oksigen
tambahan, dan konsultasi gizi.
- Operasi. Prosedur ini dilakukan
untuk penderita emfisema berat, antara lain berupa operasi pengangkatan paru yang
rusak, agar jaringan paru yang tersisa dapat mengembang dan bekerja lebih
efektif. Sedangkan jika kerusakan paru sudah sangat berat, bisa dilakukan
transplantasi paru.
Di samping ketiga bentuk penanganan tersebut,
pasien juga harus melakukan upaya untuk menghambat pekembangan emfisema dan
mencegah komplikasi. Misalnya dengan menghentikan kebiasaan merokok,
menghindari asap atau polusi udara, berolahraga secara teratur, serta melakukan
vaksinasi yang dianjurkan dokter untuk mencegah infeksi paru.
5.
Bronkitis
Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada
saluran utama pernapasan atau bronkus. Bronkus berfungsi sebagai saluran
yang membawa udara dari dan menuju paru-paru. Seseorang yang menderita
bronkitis biasanya ditandai dengan munculnya gejala batuk yang berlangsung
selama satu minggu atau lebih.
Secara umum, bronkitis terbagi menjadi dua tipe,
yakni:
- Bronkitis akut. Kondisi ini umumnya dialami
oleh anak berusia di bawah 5 tahun. Bronkitis tipe akut biasanya pulih
dengan sendirinya dalam waktu satu minggu hingga 10 hari. Namun, batuk
yang dialami dapat berlangsung lebih lama.
- Bronkitis kronis. Bronkitis tipe ini
biasanya dialami oleh orang dewasa berusia 40 tahun ke atas. Bronkitis
kronis dapat berlangsung hingga 2 bulan, dan merupakan salah satu penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK).
Bronkitis yang memburuk dan tidak mendapatkan
penanganan yang tepat, berpotensi menimbulkan komplikasi berupa pneumonia.
Pneumonia adalah peradangan pada satu atau kedua kantung paru-paru. Seseorang
yang sudah mencapai tahap ini akan merasakan gejala berupa:
- Nyeri dada ketika batuk
bahkan bernapas.
- Badan terasa lelah.
- Linglung, atau terjadi
penurunan kesadaran.
- Mual dan muntah.
- Diare.
Gejala dan Penyebab Bronkitis
Gejala bronkitis adalah batuk, yang dapat disertai
sesak napas dan sakit tenggorokan. Pada kasus yang parah, batuk dapat
menyebabkan nyeri dada bahkan penurunan kesadaran. Bronkitis disebabkan oleh
infeksi virus, dan lebih rentan menyerang perokok dan orang dengan sistem
kekebalan tubuh lemah.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena bronkitis, antara lain:
- Tidak menerima vaksin
influenza atau pneumonia.
- Sering terpapar zat-zat
berbahaya, seperti debu atau amonia.
- Berusia di bawah 5 tahun
atau lebih dari 40 tahun.
Pengobatan Bronkitis
Bronkitis ringan dapat hilang dengan sendirinya.
Namun jika kondisinya cukup berat, bronkitis harus diatasi dengan obat-obatan.
Untuk membantu pengobatan, disarankan untuk banyak minum air putih dan
istirahat yang cukup.
Bronkitis dapat dicegah dengan beberapa cara,
antara lain:
- Menghindari rokok.
- Menerima vaksin flu dan
pneumonia.
- Menjaga kebersihan dan
selalu mencuci tangan setiap usai beraktivitas.
- Mengenakan masker untuk
menghindari paparan senyawa berbahaya.
6.
Asbestosis
Asbestosis
adalah penyakit paru-paru kronis akibat paparan asbes atau serat asbes dalam
waktu lama. Asbes merupakan suatu jenis mineral yang biasanya digunakan
beberapa orang untuk pemasangan lantai atau atap bangunan. Asbes yang
masih dalam kondisi baik tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Namun, saat
abses mengalami kerusakan, material tersebut dapat mengeluarkan debu halus yang
mengandung serat asbes. Debu yang mengandung serat asbes rentan terhirup manusia.
Akibatnya, paru-paru yang menghisap serat asbes dapat mengalami kerusakan
secara bertahap. Kondisi ini menghambat pernapasan dan penyerapan oksigen dalam
aliran darah.
Penyebab Asbestosis
Asbestosis banyak dialami oleh para pekerja di
bidang industri, terutama pada tahun 1970 hingga 1990-an. Contoh profesi yang
berisiko mengalami asbestosis, di antaranya adalah pekerja pertambangan,
pemasangan listrik atau bangunan, mekanik, teknisi serta teknisi pemasangan
rel.
Asbestosis terjadi setelah seseorang menghirup debu
yang mengandung serat asbes dalam waktu lama. Debu dengan serat asbes tersebut
terperangkap dalam alveoli (kantong udara dalam paru-paru) dan membentuk
jaringan parut sehingga paru-paru menjadi kaku. Jaringan paru-paru yang
kaku membuat organ tersebut tidak dapat mengembang dan mengempis secara normal.
Akibatnya, penderita menjadi sulit bernapas. Kondisi ini bisa menjadi lebih
parah jika penderita terbiasa merokok.
Pengobatan Asbestosis
Asbestosis tidak dapat sembuh sepenuhnya, namun
gejalanya dapat diringankan dan tingkat keparahan penyakit ini dapat ditekan.
Pengobatan bisa menunjukkan hasil yang baik jika didukung dengan upaya
menghentikan kebiasaan merokok atau menghindari asap rokok. Selain dapat
menyebabkan emfisema, asap rokok dapat mengurangi volume
udara dalam paru-paru. Pasien asbestosis juga biasanya akan
disarankan untuk menerima vaksinasi, terutama vaksinasi flu dan pneumonia,
guna mengurangi risiko infeksi paru-paru.
Salah satu pengobatan asbestosis adalah melalui
terapi, misalnya terapi pemberian oksigen.
Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki pernapasaan pasien, terutama jika kadar
oksigen dalam darahnya sangat rendah. Terapi oksigen dilakukan dengan
mesin atau tabung oksigen yang dapat mengalirkan oksigen melalui selang
yang diletakkan Jenis terapi lain yang mungkin disarankan adalah
rehabilitasi paru. Terapi ini mencakup latihan-latihan, diskusi, serta nasihat
medis yang bisa diterapkan untuk mengurangi gejala asbestosis.
Selama dalam masa pengobatan, pemeriksaan secara
berkala tetap perlu dilakukan. Pemeriksaan tersebut meliputi tes fungsi paru
dan pemindaian dada. Jarak waktu pemeriksaan tergantung dari tingkat keparahan
asbestosis.
Jika tingkat keparahan gejala asbestosis sudah
sangat parah dan tidak bisa ditangani dengan cara-cara pengobatan di atas, maka
pasien kemungkinan akan direkomendasikan untuk menjalani operasi transplantasi
paru-paru.
Pencegahan Asbestosis
Mengurangi paparan asbes merupakan pencegahan yang
terbaik. Pekerja yang bekerja menggunakan material asbes harus menggunakan alat
pelindung diri ketika terpapar dengan asbes.
Kebanyakan rumah yang dibangun sebelum tahun 1970
menggunakan material yang mengandung asbes seperti lantai dan pipa. Tidak perlu
khawatir selama material tidak rusak, karena tidak ada serat asbes yang
dilepaskan ke udara.
Jika Anda pekerja yang terpapar dengan asbes selama
lebih dari 10 tahun, sebaiknya Anda memeriksakan diri ke dokter untuk dilakukan
pemeriksaan foto Rontgen dada dan pemeriksaan rutin setiap tiga sampai lima
tahun.
7.
Sinusitis
Sinusitis
adalah inflamasi atau peradangan pada dinding sinus. Sinus merupakan rongga kecil
yang saling terhubung melalui saluran udara di dalam tulang tengkorak. Sinus
terletak di bagian belakang tulang dahi, bagian dalam struktur tulang pipi,
kedua sisi batang hidung, dan belakang mata.
Sinus
menghasilkan lendir atau mukus yang berfungsi untuk menyaring dan membersihkan
bakteri atau partikel lain dalam udara yang dihirup. Selain itu, sinus juga
berfungsi untuk membantu mengendalikan suhu dan kelembapan udara yang masuk ke
paru.
Ada beberapa tipe sinusitis berdasarkan lamanya
perjalanan penyakit, yaitu:
- Sinusitis akut. Jenis sinusitis yang
paling umum terjadi dan umumnya berlangsung selama 2-4 minggu.
- Sinusitis subakut. Jenis sinusitis yang
berlangsung selama 4-12 minggu.
- Sinusitis kronis. Jenis sinusitis yang
berlangsung selama lebih dari 12 minggu, dan dapat berlanjut hingga
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
- Sinusitis kambuhan. Jenis sinusitis akut
yang terjadi hingga 3 kali atau lebih dalam setahun.
Gejala dan Penyebab Sinusitis
Ketika mengalami sinusitis, umumnya anak akan rewel,
batuk, pilek atau hidung tersumbat. Sedangkan pada orang dewasa, gejala
sinnusitis bisa berupa:
- Pembengkakan di sekitar
mata.
- Nyeri pada bagian wajah.
- Ingus berwarna kuning
kehijauan.
- Menurunnya fungsi indera
penciuman.
Sinusitis disebabkan oleh infeksi kuman. Kondisi
ini lebih rentan dialami oleh perokok, atau orang yang sering berenang.
Sinusitis juga dapat dipicu oleh kondisi medis tertentu, misalnya polip hidung
dan rinitis alergi.
Pengobatan dan Pencegahan Sinusitis
Sinusitis yang tidak segera ditangani, dapat
menyebabkan hilangnya kemampuan indera penciuman secara permanen. Biasanya
sinusitis cukup diatasi dengan obat-obatan. Tetapi pada kasus tertentu,
sinusitis harus ditangani dengan operasi.
Sinusitis bisa dicegah dengan sejumlah cara, di
antaranya:
- Berhenti merokok.
- Menghindari penderita flu
dan pilek.
- Melakukan imunisasi flu
sesuai jadwal.
8.
TBC (Tuberkulosis)
TBC
(Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk
yangberlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan
terkadang mengeluarkan darah.
Kuman TBC tidak
hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang, usus, atau kelenjar.
Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika
berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang
yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.
Gejala Tuberkulosis
Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang
berlangsung lama, penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain,
seperti:
- Demam
- Lemas
- Berat badan turun
- Tidak nafsu makan
- Nyeri dada
- Berkeringat di malam hari
Pengobatan Tuberkulosis
TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak.
Beberapa tes lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular ini
adalah foto Rontgen dada, tes darah, atau tes kulit (Mantoux).
TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh
mengonsumsi obat sesuai dengan resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini,
penderita perlu minum beberapa jenis obat untuk waktu yang cukup lama (minimal
6 bulan). Obat itu umumnya berupa:
- Isoniazid
- Rifampicin
- Pyrazinamide
- Ethambutol
Pencegahan Tuberkulosis
TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang
disarankan dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga
dapat dilakukan dengan cara:
- Mengenakan masker saat
berada di tempat ramai.
- Tutupi mulut saat bersin,
batuk, dan tertawa.
- Tidak membuang dahak atau
meludah sembarangan.
Pneumonia atau
dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang mengakibatkan
peradangan pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pada
penderita pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran
pernapasan dalam paru-paru (alveoli) akan meradang dan dipenuhi cairan atau
nanah. Akibatnya, penderita mengalami sesak napas, batuk berdahak, demam, atau
menggigil. Bakteri, virus, dan jamur merupakan organisme yang dapat menyebabkan
pneumonia. Namun pada penderita dewasa, kondisi ini paling sering disebabkan
oleh infeksi bakteri.
Pneumonia
merupakan salah satu penyebab kematian pada anak tertinggi di dunia. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa penyakit ini menjadi pemicu 16%
kematian anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Pada tahun 2015, terdapat
lebih dari 900.000 anak-anak yang meninggal akibat pneumonia. Di Indonesia
sendiri, lebih dari 500.000 balita menderita pneumonia dan telah merenggut
hampir 2.000 jiwa balita pada tahun 2017.
10.
Difteri
Difteri
adalah infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan. Meski tidak selalu
menimbulkan gejala, penyakit ini biasanya ditandai oleh munculnya selaput
abu-abu yang melapisi tenggorokan dan amandel.
Bila tidak
ditangani, bakteri difteri bisa mengeluarkan racun yang dapat merusak sejumlah
organ, seperti jantung, ginjal, atau otak. Difteri tergolong penyakit menular
berbahaya dan berpotensi mengancam jiwa, namun bisa dicegah melalui imunisasi.
Faktor Risiko dan Penyebab Difteri
Difteri disebabkan oleh bakteri bernama Corynebacterium
diphtheria, yang dapat menyebar dari orang ke orang.
Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja
menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk
atau bersin. Penularan juga bisa terjadi melalui benda yang sudah
terkontaminasi air liur penderita, seperti gelas atau sendok.
Difteri dapat dialami oleh siapa saja. Namun,
risiko terserang difteri akan lebih tinggi bila tidak mendapat vaksin difteri
secara lengkap. Selain itu, difteri juga lebih berisiko terjadi pada orang
yang:
- Hidup di area padat penduduk
atau buruk kebersihannya.
- Bepergian ke wilayah yang
sedang terjadi wabah difteri.
- Memiliki kekebalan tubuh
yang rendah, seperti menderita AIDS.
Diagnosis dan Pengobatan Difteri
Dokter dapat
menduga pasien terkena difteri jika terdapat lapisan abu-abu di tenggorokan
atau amandelnya. Namun untuk memastikannya, dokter akan mengambil sampel lendir
dari tenggorokan pasien (pemeriksaan usap atau swab tenggorok), untuk
diteliti di laboratorium.
Difteri
tergolong penyakit serius dan harus diatasi sesegera mungkin. Menurut data
statistik, 1 dari 10 pasien difteri meninggal dunia meski telah mendapat
pengobatan.
Beberapa jenis
pengobatan yang dilakukan untuk menangani difteri, antara lain:
Suntikan antiracun
Dokter akan
memberikan suntikan antiracun (antitoksin) difteri guna melawan racun yang
dihasilkan oleh bakteri difteri. Sebelum suntik dilakukan, pasien akan
menjalani tes alergi kulit untuk memastikan tidak ada alergi terhadap
antitoksin.
Obat
antibiotik
Untuk membunuh
bakteri difteri dan mengatasi infeksi, dokter akan memberikan antibiotik,
seperti penisilin atau erythromycin. Antibiotik perlu
dikonsumsi sampai habis sesuai resep dokter, guna memastikan tubuh sudah bebas
dari penyakit difteri. Dua hari setelah pemberian antibiotik, umumnya penderita
sudah tidak lagi bisa menularkan penyakit difteri.
Penanganan
difteri dilakukan di rumah sakit, guna mencegah penularan difteri ke orang
lain. Apabila diperlukan, dokter juga akan meresepkan antibiotik pada keluarga
pasien.
Bagi pasien
yang mengalami sesak napas akibat selaput di tenggorokan yang menghalangi
aliran udara, dokter THT akan melakukan prosedur
pengangkatan selaput.
Pencegahan Difteri
Difteri dapat
dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu pemberian vaksin difteri yang dikombinasikan dengan
vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis). Imunisasi DPT
termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin
ini dilakukan pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, serta pada usia 5 tahun.
Guna memberikan perlindungan yang optimal, vaksin
sejenis DPT (Tdap atau Td) akan diberikan pada rentang usia 10-12 tahun dan 18
tahun. Khusus untuk vaksin Td, pemberian dilakukan setiap 10 tahun.
Bagi anak-anak berusia di bawah 7 tahun yang belum
pernah mendapat imunisasi DPT atau tidak mendapat imunisasi lengkap, dapat
diberikan imunisasi kejaran sesuai jadwal yang dianjurkan dokter anak. Khusus bagi anak-anak yang sudah
berusia 7 tahun ke atas dan belum mendapat imunisasi DPT, dapat diberikan
vaksin Tdap.
11. Rhinitis
Rhinitis
adalah peradangan atau iritasi di lapisan dalam hidung, yang ditandai dengan gejala berupa pilek, hidung
tersumbat, dan bersin-bersin.
Berdasarkan
penyebabnya, rhinitis dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas,
atau berat hingga mengganggu tidur bahkan tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari. Bila rhinitis terjadi secara berkepanjangan, dapat timbul
komplikasi berupa sinusitis, infeksi telinga tengah, atau polip hidung.
Penyebab Rhinitis
Rhinitis paling sering muncul akibat alergi,
misalnya terhadap bulu hewan peliharaan, serbuk sari, asap, dan debu. Selain
itu, infeksi, obat-obatan, dan perubahan cuaca juga dapat menyebabkan rhinitis.
Pengobatan dan Pencegahan Rhinitis
Rhinitis dapat diatasi dengan irigasi atau bilas
hidung dan obat pilek yang dapat dibeli tanpa resep. Bila tidak membaik,
dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter. Namun yang terpenting dalam
mengatasi rhinitis adalah mengobati penyebabnya dan menghindari pemicunya
Infeksi saluran
pernapasan atau respiratory
tract infections adalah infeksi yang menyerang saluran
pernapasan manusia. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri atau virus. Ada
dua jenis infeksi saluran pernapasan berdasarkan letaknya, yaitu infeksi
saluran pernapasan atas dan bawah.
Infeksi saluran pernapasan atas atau upper
respiratory tract infections (URI/URTI) terjadi pada rongga hidung,
sinus, dan tenggorokan. Beberapa penyakit yang termasuk dalam infeksi saluran
pernapasan atas adalah pilek, sinusitis, tonsillitis, dan laringitis. Sedangkan Infeksi saluran pernapasan bawah
atau lower respiratory tract infections (LRI/LRTI) terjadi
pada jalan napas dan paru-paru. Beberapa jenis penyakit yang termasuk dalam
infeksi ini adalah bronkitis, bronkiolitis, dan
pneumonia.
Infeksi saluran pernapasan dapat dialami oleh
segala usia. Meski demikian, kondisi ini lebih rentan diderita oleh anak-anak
karena sistem pertahanan tubuh mereka terhadap virus penyebab infeksi belum
terbentuk.
Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan
Beberapa jenis virus atau bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi saluran pernapasan atas, di antaranya adalah Influenza dan Parainfluenza, Thinoviruses, Epstein-Barr
Virus (EBV), Respiratory Syncytial Virus (RSV), Streptococcus grup
A, Pertussis, serta Diphteria.
Sedangkan beberapa jenis virus atau bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah, di antaranya adalah Influenza A, Human
metapneumovirus (hMPV), Respiratory syncytial virus (RSV), Varicella-zoster
virus (VZV), H. influenzae, Streptococcus pneumoniae,
Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, Enterobacteria dan
bakteri anaerob.
Orang yang sehat dapat tertular infeksi saluran
pernapasan setelah menghirup percikan air liur yang mengandung virus atau
bakteri yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau bersin. Selain dari
kontak langsung, penularan juga bisa terjadi secara tidak langsung dengan
diperantarai oleh benda-benda yang sudah terpapar virus atau bakteri dari
penderita infeksi saluran pernapasan.
Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan
Penyebab infeksi saluran napas atas, bronkitis, dan
bronkiolitis umumnya adalah virus, dan tidak ada terapi yang spesifik untuk
mengobati berbagai tipe virus yang menyerang saluran napas atas. Infeksi
saluran napas atas karena virus dapat sembuh sendiri dan tidak diperlukan
obat-obatan. Penderita dapat meredakan gejala infeksi saluran pernapasan
dengan cara mandi air hangat, minum air hangat, berkumur dengan air garam,
mengompres wajah dengan air hangat, menghindari udara dingin, banyak minum air,
dan beristirahat. Dalam hal obat-obatan untuk mengurangi gejala,
penderita dapat mengonsumsi obat yang dijual bebas di pasaran guna
meredakan gejala infeksi saluran pernapasan, misalnya paracetamol untuk demam, atau obat batuk pilek lainnya. Jika infeksi
saluran pernapasan disebabkan oleh bakteri, maka dokter akan meresepkan
antibiotik.
Pengobatan terhadap pneumonia bertujuan
untuk mengobati infeksi dan mencegah komplikasi, serta sangat tergantung dari
beratnya penyakit, usia, dan riwayat kesehatan penderita. Pengobatan pun dapat
dilakukan dengan perawatan di rumah sakit bila terdapat tanda seperti
sesak, penurunan kesadaran dan tekanan darah, memerlukan oksigen tambahan atau
alat bantu napas lainnya, penurunan fungsi ginjal, dan berusia lebih dari 65
tahun.
Pada kasus tertentu, penanganan medis secara lebih
serius diperlukan jika penderita infeksi saluran pernapasan memiliki atau
mengalami kondisi tertentu, seperti:
- Menderita penyakit paru yang
sudah ada sebelumnya, seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
bronkiektasis.
- Menderita penyakit
jantung, hati, atau ginjal.
- Menderita cystic
fibrosis atau multiple
sclerosis.
- Batuk yang telah berlangsung
selama lebih dari tiga minggu.
- Penurunan berat badan.
- Nyeri pada dada.
- Benjolan di leher.
- Sistem kekebalan tubuh yang
lemah, seperti pada penderita diabetes dan minum obat kortikosteroid.
Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan
Terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena infeksi
saluran pernapasan, di antaranya adalah:
- Mengonsumsi makanan sehat dan
bergizi seimbang.
- Berolahraga secara teratur.
- Berhenti merokok dan menghindari
asap rokok.
- Mengurangi tingkat stres.
- Menghindari kontak langsung dengan
penderita infeksi.
- Mencuci tangan setelah melakukan
kegiatan.
- Selalu menutup mulut dan hidung
setiap bersin atau batuk.
- Menjaga kebersihan diri dan
barang-barang di sekitar.
Selain
cara-cara tersebut, pemberian vaksin flu untuk melindungi diri dari infeksi
saluran pernapasan juga dapat dilakukan, terutama pada anak-anak. Bagi ibu
yang memiliki bayi, dianjurkan untuk menyusui bayinya guna membantu
memperkuat sistem kekebalan tubuh mereka.
13. Kanker Paru-paru
Kanker
paru-paru adalah kondisi ketika sel ganas (kanker) terbentuk di
paru-paru. Kanker ini lebih banyak dialami oleh orang yang memiliki kebiasaan
merokok dan merupakan satu dari tiga jenis kanker yang paling banyak terjadi di
Indonesia.
Walaupun sering
terjadi pada perokok, kanker paru-paru juga bisa terjadi pada orang yang bukan
perokok, terutama pada orang yang sering terpapar zat kimia di lingkungan
kerjanya atau terpapar asap rokok dari orang lain.
Gejala Kanker Paru-Paru
Semakin awal diketahui, keberhasilan pengobatan
juga semakin tinggi. Namun sayangnya, kanker paru-paru sering tidak menimbulkan
gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul ketika tumor sudah cukup besar atau
kanker telah menyebar ke jaringan dan organ sekitar. Sejumlah gejala yang dapat
dirasakan penderita kanker paru-paru adalah:
- Batuk kronis
- Batuk darah
- Penurunan berat badan
drastis
- Nyeri dada dan tulang
- Sesak napas
Faktor Risiko Kanker Paru-paru
Kebiasaan merokok merupakan
penyebab utama kanker paru-paru, sehingga sebagian besar penderitanya adalah
perokok aktif. Meskipun demikian, orang yang tidak merokok juga dapat terkena
kanker paru-paru.
Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
kanker paru-paru adalah:
- Memiliki anggota keluarga
yang juga menderita kanker paru-paru
- Tinggal atau bekerja di
lingkungan yang tercemar zat kimia berbahaya
- Sering terpapar polusi udara
- Pernah menjalani radioterapi
Pengobatan Kanker Paru-paru
Penanganan utama terhadap kanker paru-paru stadium
awal adalah melalui operasi. Jika kanker telah mencapai stadium lanjut, maka penanganan
dapat dilakukan dengan radioterapi dan kemoterapi.
Selain itu, ada beberapa jenis pengobatan lain
untuk menangani kanker paru-paru, yaitu terapi target, terapi ablasi, terapi
fotodinamik, dan krioterapi.
14.
Laringitis
Laringitis
adalah peradangan yang terjadi pada laring (kotak pita suara di dalam
tenggorokan). Gejala yang umum pada laringitis yaitu nyeri tenggorokan, batuk,
demam, suara yang dikeluarkan serak, atau bahkan kehilangan suara sama sekali.
Pada penderita
anak-anak dengan struktur saluran pernapasan yang kecil, bisa saja terjadi
kesulitan bernapas. Meski begitu, hal tersebut hanya terjadi pada beberapa
kasus saja.
Gejala laringitis bisa muncul secara tiba-tiba,
lalu terus memburuk selama dua sampai tiga hari, dan pulih dalam waktu satu
minggu tanpa pengobatan. Biasanya suara serak dan kesulitan mengeluarkan suara
adalah gejala yang terakhir pulih dibandingkan gejala laringitis lainnya.
Jika penderita masih terus merasakan gejala hingga
lebih dari dua minggu, disarankan untuk menemui dokter. Apalagi jika gejala
makin parah, terutama menjadi sulit bernapas, maka bantuan medis harus
secepatnya dilakukan.
Penyebab Laringitis
Terjadinya radang atau pembengkakan pada laring
bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Kerusakan pada pita suara, karena adanya getaran
pada organ tersebut yang melebihi batas ketahanan, misalnya akibat
penderita berteriak terlalu keras atau bernyanyi dengan suara yang tinggi.
Selain itu, kerusakan pita suara juga dapat terjadi akibat batuk
berkepanjangan dan cedera saat penderita melakukan aktivitas fisik atau
akibat kecelakaan.
- Infeksi virus, bakteri, dan
jamur. Virus
yang umum menyebabkan laringitis adalah virus influenza. Dari golongan
bakteri salah satunya adalah bakteri penyakit difteri.
Sedangkan dari jenis jamur adalah jamur Candida yang juga
dapat menyebabkan sariawan. Infeksi jamur dan bakteri pada kasus laringitis
lebih jarang terjadi dibandingkan infeksi virus. Infeksi jamur rentan
dialami oleh orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah,
misalnya akibat efek samping obat kortikosteroid, kemoterapi, atau akibat
penyakit HIV/AIDS.
- Reaksi alergi terhadap suatu zat kimia
atau paparan debu.
- Naiknya asam lambung ke
tenggorokan lewat kerongkongan pada kasus penyakit refluks gastroesofageal (GERD). Jika
asam lambung mencapai tenggorokan maka risiko untuk terjadinya iritasi
laring cukup tinggi.
- Mengering dan teriritasinya
laring akibat
merokok dan konsumsi minuman beralkohol. Sama seperti kasus GERD, peluang
terjadinya infeksi pada laring yang teriritasi juga cukup tinggi.
- Penggunaan obat
kortikosteroid hirup, biasanya obat untuk asma.
Berdasarkan rentang waktu timbulnya gejala,
laringitis dibagi dua, yaitu:
- Laringitis jangka pendek
(akut). Biasanya
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, serta pita suara yang
menegang.
- Laringitis jangka panjang
(kronis). Umumnya
muncul akibat sinusitis kronis, reaksi alergi, iritasi dari asam lambung,
asap rokok, atau minuman keras.
Pengobatan Laringitis
Sebenarnya kebanyakan kasus laringitis bisa pulih
tanpa menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu hingga satu minggu. Tujuan
pengobatan adalah untuk mempercepat kesembuhan dan meminimalisasi gejala yang
mengganggu, misalnya nyeri.
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mempercepat penyembuhan dan meringankan gejala laringitis:
- Jika Anda merasakan gejala
sakit kepala yang mengganggu atau bahkan demam, konsumsilah obat-obatan
pereda rasa sakit seperti ibuprofen atau paracetamol.
- Aturlah tingkat kelembapan
udara di rumah dengan alat humidifier atau vaporizer,
sehingga udara yang dihirup masuk ke rongga hidung dan saluran pernapasan
bagian atas bukan udara yang kering. Humidifier berfungsi
untuk menghembuskan kabut dingin ke dalam udara, sedangkan vaporizer berfungsi
untuk menghisap hawa panas.
- Minumlah banyak air putih
untuk mencegah dehidrasi. Hindari mengonsumsi minuman yang mengandung
kafein dan alkohol.
- Jika saluran pernapasan
terasa tidak nyaman, Anda dapat melegakannya dengan menghirup inhaler yang
mengandung mentol. Selain itu, mengonsumsi permen mint dan
berkumur-kumur dengan air garam hangat atau obat kumur khusus yang bisa
dibeli di apotik, juga dapat membantu melegakan tenggorokan.
- Untuk mengurangi ketegangan
pada pita suara yang sedang mengalami radang dan mempercepat proses
penyembuhan, bicaralah dengan suara perlahan atau bila perlu jangan
berbicara terlebih dahulu.
- Hindari paparan debu.
- Jangan merokok.
Jika hasil diagnosis ditemukan bahwa laringitis
disebabkan atau dipicu oleh kondisi tertentu yang membutuhkan penanganan
khusus, maka dapat diberikan obat-obatan untuk untuk mengatasi faktor penyebab
tersebut.
Misalnya jika laringitis terjadi akibat infeksi
bakteri, maka dilakukan pengobatan dengan antibiotik. Pada alergi, dapat
diberikan obat antihistamin dan disarankan untuk menghindari sumber alergi,
seperti debu, makanan, atau zat kimia tertentu. Jika laringitis disebabkan oleh
penyakit GERD, maka obat yang dapat diberikan adalah obat-obatan untuk
menurunkan kadar asam lambung.
Pencegahan Laringitis
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan agar
terhindar dari penyakit laringitis, di antaranya:
- Melakukan vaksinasi flu
sesuai dengan yang dijadwalkan oleh dokter tiap tahun.
- Membatasi konsumsi minuman
beralkohol dan jangan merokok.
- Memperbanyak minum air putih
agar dahak di dalam tenggorokan menjadi encer dan mudah dikeluarkan.
- Untuk orang yang rentan
terkena laringitis, hindari penularan infeksi dari orang lain yang sedang
menderita laringitis atau flu.
- Membiasakan diri mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, atau setelah menggunakan kamar kecil.
- Melindungi hidung dan mulut
dari paparan debu (memakai masker) agar terhindar dari virus atau bakteri
penyebab laringitis.
- Jika Anda alergi terhadap
sesuatu, misalnya debu, suatu jenis makanan, atau zat kimia tertentu, maka
hindarilah hal-hal tersebut.
- Agar asam lambung tidak naik
ke tenggorokan, tinggikan sedikit alas kepala atau bantal ketika tidur.
Jangan langsung berbaring setelah makan.
- Mengonsumsi makanan-makanan
yang sehat untuk tenggorokan yang banyak mengandung vitamin A,C, dan E
(misalnya buah, sayur, atau biji-bijian).
- Tidak mengeluarkan volume
suara yang melewati batas ketahanan pita suara, misalnya berteriak sangat
keras atau bernyanyi dengan suara tinggi.
15.
Hipoksia
Hipoksia adalah
kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk menjalankan
fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena dapat mengganggu
fungsi otak, hati, dan organ lainnya dengan cepat.
Oksigen yang
didapat dari lingkungan saat kita bernapas akan diangkut oleh darah dari
paru-paru menuju ke jantung. Jantung akan memompa darah yang kaya dengan
oksigen ke seluruh sel tubuh melalui pembuluh darah. Hipoksia dapat terjadi
bila terdapat gangguan dalam sistem transportasi oksigen dari mulai bernapas
sampai oksigen tersebut digunakan oleh sel tubuh.
Penyebab Hipoksia
Beberapa penyebab dari hipoksia, antara lain:
- Hipoksia hipoksik. Hal ini terjadi ketika
kadar oksigen dalam pembuluh arteri turun. Beberapa penyebab hipoksia
hipoksik:
- Berada di situasi dengan
kadar oksigen rendah, contoh saat kebakaran, tenggelam, dan berada di
ketinggian.
- Terdapat penyakit
paru-paru, seperti asma, pneumonia, edema paru, penyakit paru obstruktif kronis, kanker
paru, pneumothorax, dan sleep apnea.
- Keadaan yang membuat
berhenti bernapas, contohnya saat penggunaan obat fentanyl.
- Hipoksia stagnan atau
hipoperfusi. Keadaan
ini terjadi akibat gangguan aliran darah. Hipoperfusi disebabkan oleh:
- Gangguan jantung, seperti
bradikardia dan fibrilasi ventrikel.
- Terhentinya aliran darah
arteri ke organ, contohnya pada orang dengan luka tembak atau trombosis arteri.
- Hipoksia anemik. Hipoksia anemik
terjadi ketika kemampuan darah yang membawa oksigen berkurang
kapasitasnya. Sehingga darah tidak kaya lagi dengan oksigen. Keadaan ini
terjadi pada:
- Anemia dan kondisi dimana
fungsi sel darah merah rusak, seperti pada penyakit methemoglobinemia.
- Keracunan karbon monoksida
(CO).
- Hipoksia histotoksik. Kondisi ini terjadi ketika
terjadi gangguan pada sel dalam menggunakan oksigen. Keracunan sianida
merupakan salah satu contoh hipoksia histotoksik.
Selain kondisi di atas, peradangan dan sepsis juga dapat
mengakibatkan hipoksia. Hipoksia jenis ini disebut cytopathic hypoxia.
Diagnosis Hipoksia
Beberapa cara yang dilakukan oleh dokter untuk
mendiagnosis hipoksia pada pasien, yaitu:
- Pemasangan alat yang
disebut pulse oximetry pada jari dan telinga untuk
mendeteksi kadar oksigen dalam darah.
- Pemeriksaan analisis gas
darah dengan mengambil sampel darah dari pembuluh arteri.
Hal terpenting ketika dokter mengetahui terdapat
hipoksia adalah menentukan penyebab dari hipoksia tersebut. Beberapa
pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru dan pemeriksaan
kadar sianida atau CO dalam darah dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Pengobatan Hipoksia
Jika Anda memiliki kondisi-kondisi yang dapat
menyebabkan hipoksia dan merasakan gejala hipoksia, Anda harus segera ke rumah
sakit agar segera mendapatkan perawatan yang tepat. Mengembalikan pasokan yang
optimal ke dalam tubuh dan mengatasi penyebab dari hipoksia merupakan
penanganan yang paling penting.
Terdapat beberapa metode penanganan untuk
mengembalikan pasokan oksigen yang optimal ke dalam tubuh:
- Pemberian oksigen tambahan. Tubuh penderita
hipoksia akan dipasok dengan oksigen tambahan, menggunakan selang atau
masker yang disambungkan ke tabung oksigen. Semakin cepat kadar oksigen
dalam tubuhnya kembali normal, semakin kecil risiko kerusakan organ tubuh.
- Alat bantu napas atau
ventilator. Saluran
pernapasan akan disambungkan dengan mesin ventilator, menggunakan selang
yang dimasukkan dari tenggorakan sampai melewati pita suara.
- Terapi oksigen hiperbarik
(TOHB). Penderita
hipoksia yang disebabkan oleh keracunan karbon monoksida akan dimasukkan
ke dalam ruangan bertekanan tinggi (hiperbarik) dengan oksigen murni.
Komplikasi Hipoksia
Hipoksia yang terlambat diatasi dapat mengakibatkan
kerusakan sel, jaringan, maupun organ, dan dapat menyebabkan kematian.
Namun hipoksia yang ditangani dengan pemberian
oksigen juga dapat menimbulkan komplikasi. Pemberian oksigen secara berlebihan
justru dapat meracuni jaringan tubuh (hiperoksia). Hal ini bisa menyebabkan:
Pencegahan Hipoksia
Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan cara
menghindari lingkungan yang dapat menurunkan kadar oksigen atau menggunakan
oksigen tambahan dari tabung oksigen sebelum hipoksia muncul. Hipoksia yang
disebabkan oleh asma bisa dihindari dengan cara menjalani pengobatan asma
sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dokter. Terapi tersebut juga bisa
membantu pasien mengendalikan asma.
Komentar
Posting Komentar